Thursday, October 26, 2017

Perkembangan Angklung (Bambu) dan Musik Angklung Vol.1

ANGKLUNG - Perkembangan Angklung (Bambu) dan Musik Angklung Vol.1 - Bambu adalah salah satu tanaman yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia. Bambu juga dapat dikatakan sebagai heritagenya Indonesia, sebagai peninggalan dari zaman nenek moyang kita. Di Indonesia, bambu menjadi tanaman yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Bambu digunakan sebagai bagian dari rumah, alat rumah tangga, alat upacara hingga menjadi alat pelipur lara dengan suara yang dihasilkannya.

Menurut Somawijaya (2014: 2), masyarakat Indonesia sejak dulu telah mengenal salah satu pohon dari sekian banyak pepohonan yang tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Pohon ini tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dan alam lingkungannya serta dimanfaatkan untuk kebutuhan hajat hidup sehari-hari, baik yang berkaitan dengan sandang, papan, pangan, maupun kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan seni.


Bambu, berkaitan dengan seni, dapat dijadikan sebagai medium penghasil suara, menjadikan bambu muncul sebagai bahan pembuatan alat musik. Alat musik yang terbuat dari bahan bambu telah banyak diciptakan oleh para leluhur kita dengan berbagai macamnya seperti; calung, suling, karinding, celempung, arumba, dan salah satunya adalah alat musik angklung.

Angklung merupakan salah satu bentuk budaya tradisional Jawa Barat, yang telah dikenal dalam kurun waktu yang cukup panjang. Alat musik ini terbuat dari sepasang tabung bambu, yang dirangkai dengan beberapa bilah bambu lainnya. Struktur tersebut menghasilkan karakter suara yang unik dan sukar ditiru oleh instrumen musik lainnya.

Adapun pengertian angklung yang dikemukakan oleh Soeharto dalam Yusup (1989: 92), angklung adalah jenis alat musik yang tergolong idiophone, yaitu golongam alat musik yang sumber bunyinya berupa badan dari alat musik itu sendiri. Sedangkan menurut Rochaeni, (1990: 67), “angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu, dengan tangga nada pentatonis diatonis”.

Berdasarkan definisi tentang angklung di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa “angklung merupakan salah satu jenis alat musik idiophone yang berasal dari daerah Jawa Barat. Angklung terbuat dari batang bambu/potongan bambu yang tipis (buluh) atau dari bambu yang bersurat berwarna coklat, untuk membunyikannya yaitu dengan cara digerakkan atau digoyangkan dengan tabung suara sebagai sumber bunyinya (resonator)”.

Pada zaman dahulu kala, instrumen angklung merupakan instrumen yang memiliki fungsi ritual keagamaan. Fungsi utama angklung adalah sebagai media pengundang Dewi Sri (dewi padi/kesuburan) untuk turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada musim tanam. Angklung yang dipergunakan berlaraskan tritonik (tiga nada), tetratonik (empat nada), dan pentatonik (5 nada). Angklung jenis ini sering kali disebut dengan istilah angklung buhun yang berarti “angklung tua” yang belum terpengaruh unsur-unsur dari luar.

Menurut Dinda S. Upaja Budi, angklung buhun memiliki kegunaan sebagai berikut:

....angklung buhun adalah angklung yang secara fungsi biasa dijadikan sebagai kelengkapan upacara ritual, khususnya upacara ritual padi. Khasanah pertunjukan yang termasuk kategori ini adalah angklung Baduy, angklung Doddog Lojor, angklung Buncis, angkung Gubrag, angklung Badeng, angklung Bungko, angklung Mayangsari, dan sebagainya (Satya Upaja Budi, 2014:33).

Keberlangsungan pertunjukan angklung buhun hingga saat ini di beberapa desa masih beragam. Kegiatan pertunjukan dalam konteks upacara yang mempergunakan angklung buhun, di antaranya: pesta panen, ngaseuk pare, nginebkeun pare, ngampihkeun pare, seren taun, nadran, helaran, turun bumi, sedekah bumi.

By. Yadi Mulyadi

Bersambung : Perkembangan Angklung (Bambu) dan Musik Angklung Vol.2

Perkembangan Angklung (Bambu) dan Musik Angklung Vol.1 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Yadiez

0 comments:

Post a Comment